Senin, 03 Juni 2013

Ceramah 26 Februari 2012

Selamat pagi Brother dan Sister,
Saya sangat senang hari ini diberi kesempatan untuk membawakan ceramah. Ini adalah  kali pertama saya membawakan ceramah. Dan tema ceramah saya adalah :
“Berdoa Kepada Bapa Surgawi Kita”
Berdoa merupakan bentuk komunikasi Bapa Surgawi dengan para putra dan putri-Nya di bumi. Melalui doa kita dapat berkomunikasi dengan Bapa Surgawi kita dan mengupayakan bimbingan-Nya. Dalam 3 Nefi 18 : 19, Tuhan Yesus Kristus memerintahkan kita untuk selalu berdoa kepada Bapa dalam nama-Nya. Datang kepada Allah Bapa melalui doa akan membuat kita semakin mengenal Bapa Surgawi kita dan akan semakin mendekatkan diri kita kepada-Nya. Ketika kita semakin dekat dengan Bapa Surgawi kita dalam doa yang penuh iman, kita akan dapat memperoleh berkat-berkat-Nya bagi diri kita sendiri dan orang lain.
Sebagai suatu berkat, doa menjadi bagian penting dalam membangun hubungan yang akrab dengan Bapa Surgawi. Hubungan kita dengan Bapa Surgawi melalui doa sama halnya hubungan antara ayah dan anak. Bisa dibayangkan bagainama perasaan seorang ayah yang selalu melihat dan mengurus anaknya, namun anaknya tidak berupaya untuk dapat berkomunikasi dengan ayahnya. Bapa Surgawi selalu ingin kita untuk memiliki hubungan yang akrab dengan-Nya. Ketika kita telah akrab dengan Bapa Surgawi kita, kita akan merasakan berkat-berkat yang lebih lagi dan kita akan mendapat penuntunan-Nya selalu.
Mengapa kita berdoa ? Kita sudah seharusnya berdoa untuk menyatakan kasih kita kepada Bapa Surgawi atas apa yang telah kita terima dari-Nya, kita berdoa memohon kekuatan, perlindungan, bimbingan, pertolongan dan banyak lagi. Berdoa kepada Bapa dalam nama Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh dan untuk hal yang benar, baik dan selaras dengan kehendak Allah, maka kita dapat diberkati, dilindungi, dan diarahkan. (3 Nefi 18 : 20; A & P 19 : 38).
Kita dapat berdoa kapan saja saat kita merasa perlu untuk berkomunikasi dengan Bapa Surgawi. Kita hendaknya berdoa setiap waktu, baik itu pagi, siang, maupun malam (Alma 34 : 21). Berdoa dapat dilakukan dengan bersuara ataupun tidak bersuara. Terkadang kita perlu berada sendirian untuk lebih berfokus dalam doa-doa kita (Mat 6 : 6). Berdoa juga dapat kita lakukan bersama-sama dengan orang di sekitar kita.
Kadang kita terjebak dalam keadaan sedang marah, putus asa, ataupun kesal sehingga kita merasa tidak ingin berdoa. Dalam keadaan yang seperti ini kita hendaknya secara khusus mengupayakan diri untuk berdoa (2 Nefi 32 : 8-9).
Beberapa minggu yang lalu saya bermasalah dengan salah seorang teman saya. Hal ini membuat saya sampai hilang nafsu makan dan suasana hati saya jadi tidak menyenangkan. Dalam keadaan yang demikian saya lebih banyak merenung “apa yang harus saya lakukan ?”. Saya merasa ada dorongan dalam diri saya untuk berdoa. Saya berdoa dan memohon kepada Bapa Surgawi agar Dia dapat menghibur dan saya berdoa juga mohon kekuatan supaya saya jangan sampai membenci teman saya ini. Dan dengan berjalannya waktu, doa saya dijawab. Jawaban akan doa saya datang dari teman-teman saya. Teman-teman saya datang dan bercanda dengan saya dan saya terhibur dengan hal ini. Saat saya bertemu dengan teman saya yang bermasalah itu beberapa waktu kemudian, saya memeluknya dan lebih dulu meminta maaf. Saya tidak ingin hubungan pertemanan yang telah dibangun itu rusak. Saya sangat bersyukur akan hal ini karena Bapa Surgawi menjawab doa saya dan saya tahu bahwa Dia tidak meninggalkan saya.
Sewaktu kita berdoa kepada Bapa Surgawi kita, kita hendaknya mengatakan kepada Bapa apa yang sungguh-sungguh kita rasakan dalam hati (Moroni 10 : 4), mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, meminta pangampunan-Nya, memohon kepada-Nya, berterima kasih kepada-Nya, menyatakan kasih kita bagi-Nya. Kita hendaknya tidak mengulang-ulang kata atau ungkapan yang tak berarti (Matius 6 : 7-8). Kita hendaknya selalu memohon agar kehendak-Nya yang terjadi, dengan mengingat bahwa apa yang kita inginkan mungkin bukan yang terbaik bagi kita (3 Nefi 18 : 20). Dalam menutup doa kita ingatlah selalu untuk menutupnya dalam nama Yesus Kristus (3 Nefi 18 : 19).
Penatua David A. Bednar (dari Kuorum Dua Belas Rasul) menambahkan asas-asas penting yang dapat menolong doa-doa agar menjadi lebih bermakna. Asas yang pertama, “doa menjadi bermakna sewaktu kita berunding dengan Tuhan dalam semua perbuatan kita”. Mungkin terdapat hal-hal dalam sifat kita, dalam perilaku kita, atau dalam hal pertumbuhan rohani kita tentang dimana kita perlu berunding dengan Bapa Surgawi dalam doa pagi hari kita. Setelah mengungkapkan syukur yang sepantasnya atas berkat-berkat yang diterima, kita memohon pengertian, arahan, serta bantuan untuk dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri.

Sebagai contoh, sewaktu kita berdoa, kita mungkin :
·         Memikirkan kejadian-kejadian ketika kita berbicara secara kasar atau tidak pantas kepada orang-orang yang paling kita kasihi.
·         Mengenali bahwa kita mengetahui lebih baik dari pada ini, namun kita tidak selalu bertindak selaras dengan apa yang kita ketahui.
·         Menyatakan penyesalan karena kelemahan kita dan karena kita tidak menyingkirkan sifat duniawi kita dengan lebih sungguh-sungguh.
·         Memutuskan untuk mempolakan kehidupan kita menurut kehidupan Juru Selamat dengan lebih lengkap.
·         Memohon kekuatan yang lebih besar untuk melakukan dan menjadi lebih baik.
Doa semacam itu merupakan bagian penting dari persiapan rohani kita sepanjang hari.
Asas yang kedua, “doa menjadi lebih bermakna sewaktu kita menyatakan syukur sedalam-dalamnya”. Pada 4 Februari yang lalu, keluarga kami mengalami suatu peristiwa duka dimana oom saya meninggal dunia. Setelah mengetahui bahwa dia telah meninggal, papa menyuruh kami untuk segera beres-beres rumah. Saat itu saya pergi mandi. Setelah saya mandi dan berpakaian rapi, papa meminta saya untuk mengurus jenazah Oom Max. Setelah itu papa segera pergi dan mempersiapkan hal lain yang berhubungan dengan jenazah. Sebelum pergi papa berpesan “berdoalah dengan kata-katamu sendiri”. Setelah saya mengatur posisi jenazah Oom Max, saya mengambil kesempatan itu untuk berdoa. Saya berlutut dan memulai doa saya. Dalam doa, saya mengungkapkan rasa syukur saya kepada Bapa Surgawi. Saya bersyukur bahwa saya memiliki seorang paman yang baik, saya bersyukur lewat kehadirannya saya bisa belajar untuk bersabar dalam segala hal, saya bersyukur bahwa lewat dia saya belajar untuk selalu tersenyum, dan saya bersyukur bahwa ditahun-tahun terakhir hidupnya saya masih bisa dipertemukan dengannya. Dalam doa ini juga saya memohon kepada Bapa Surgawi agar memberikan kekuatan kepada keluarga kami dalam menghadapi peristiwa ini. Dan Puji Tuhan, hingga selesai pemakamannya segala sesuatu berjalan dengan baik. Saya tahu dan saya percaya ini terjadi karena Bapa Surgawi mendengarkan dan menjawab doa saya.
Keluarga kami telah belajar, bahwa kematian menjadi bagian dalam Rencana Keselamatan yang Bapa Surgawi kita kerjakan. Mengucap syukur dalam keadaan seperti itu menjadi suatu berkat tersendiri bagi kami keluarga. Kami bersyukur akan Rencana Keselamatan yang Juru Selamat kerjakan. Oleh karena itu, kami percaya bahwa dia yang meninggal dunia ini akan baik-baik saja dan ini menjadi suatu kekuatan bagi kami. Lewat duka ini juga kami belajar merasakan seperti apa rasanya duka itu dan bagaimana kita menjadi kuat dan tegar dalam menghadapi duka itu.

Asas yang ketiga, “doa menjadi lebih bermakna sewaktu kita berdoa bagi sesama dengan maksud yang sungguh-sungguh dan hati yang tulus”. Memohon berkat-berkat kepada Bapa Surgawi yang kita inginkan dalam kehidupan pribadi kita adalah baik dan benar. Tetapi, doa yang sungguh-sungguh bagi orang lain, baik bagi mereka yang kita kasihi dan mereka yang menganiaya kita, juga merupakan unsur penting dari doa yang bermakna. Sama seperti menyatakan syukur lebih sering dalam doa-doa kita meningkatkan kemampuan kita untuk menerima wahyu, demikian pula doa bagi orang lain dengan segenap kekuatan jiwa kita meningkatkan kemampuan kita untuk mendengar serta mengindahkan suara Tuhan.

Brother dan Sister terkasih, kita diperintahkan untuk “berdoalah selalu” (2 Nefi 32 : 9). Saya bersaksi bahwa ketika kita berdoa dengan sungguh-sungguh dan dengan hati yang tulus kepada Bapa Surgawi kita dalam nama Yesus Kristus, maka doa-doa kita akan dijawab. Saya bersaksi bahwa Bapa Surgawi kita adalah Allah yang hidup dan Dia mendengar dan menjawab setiap doa kita yang sungguh-sungguh. Saya bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat kita. Saya bersaksi bahwa Nabi Joseph Smith adalah Nabi yang  dipilih Allah untuk memulihkan Gereja-Nya. Saya bersaksi bahwa Empat Kitab Standar adalah kitab yang benar. Saya bersaksi bahwa Nabi Thomas S. Monson adalah Nabi kita yang hidup saat ini. Saya percaya apa yang saya bagikan ini adalah benar. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar