Selamat
pagi Brother dan Sister,
Saya
sangat senang hari ini diberi kesempatan untuk membawakan ceramah. Ini adalah kali pertama saya membawakan ceramah. Dan tema
ceramah saya adalah :
“Berdoa Kepada Bapa
Surgawi Kita”
Berdoa
merupakan bentuk komunikasi Bapa Surgawi dengan para putra dan putri-Nya di
bumi. Melalui doa kita dapat berkomunikasi dengan Bapa Surgawi kita dan
mengupayakan bimbingan-Nya. Dalam 3 Nefi 18 : 19, Tuhan Yesus Kristus
memerintahkan kita untuk selalu berdoa kepada Bapa dalam nama-Nya. Datang
kepada Allah Bapa melalui doa akan membuat kita semakin mengenal Bapa Surgawi
kita dan akan semakin mendekatkan diri kita kepada-Nya. Ketika kita semakin
dekat dengan Bapa Surgawi kita dalam doa yang penuh iman, kita akan dapat
memperoleh berkat-berkat-Nya bagi diri kita sendiri dan orang lain.
Sebagai
suatu berkat, doa menjadi bagian penting dalam membangun hubungan yang akrab
dengan Bapa Surgawi. Hubungan kita dengan Bapa Surgawi melalui doa sama halnya
hubungan antara ayah dan anak. Bisa dibayangkan bagainama perasaan seorang ayah
yang selalu melihat dan mengurus anaknya, namun anaknya tidak berupaya untuk
dapat berkomunikasi dengan ayahnya. Bapa Surgawi selalu ingin kita untuk
memiliki hubungan yang akrab dengan-Nya. Ketika kita telah akrab dengan Bapa
Surgawi kita, kita akan merasakan berkat-berkat yang lebih lagi dan kita akan
mendapat penuntunan-Nya selalu.
Mengapa
kita berdoa ? Kita sudah seharusnya berdoa untuk menyatakan kasih kita kepada
Bapa Surgawi atas apa yang telah kita terima dari-Nya, kita berdoa memohon
kekuatan, perlindungan, bimbingan, pertolongan dan banyak lagi. Berdoa kepada
Bapa dalam nama Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh dan untuk hal yang benar,
baik dan selaras dengan kehendak Allah, maka kita dapat diberkati, dilindungi,
dan diarahkan. (3 Nefi 18 : 20; A & P 19 : 38).
Kita
dapat berdoa kapan saja saat kita merasa perlu untuk berkomunikasi dengan Bapa
Surgawi. Kita hendaknya berdoa setiap waktu, baik itu pagi, siang, maupun malam
(Alma 34 : 21). Berdoa dapat dilakukan dengan bersuara ataupun tidak bersuara.
Terkadang kita perlu berada sendirian untuk lebih berfokus dalam doa-doa kita
(Mat 6 : 6). Berdoa juga dapat kita lakukan bersama-sama dengan orang di sekitar
kita.
Kadang
kita terjebak dalam keadaan sedang marah, putus asa, ataupun kesal sehingga
kita merasa tidak ingin berdoa. Dalam keadaan yang seperti ini kita hendaknya
secara khusus mengupayakan diri untuk berdoa (2 Nefi 32 : 8-9).
Beberapa
minggu yang lalu saya bermasalah dengan salah seorang teman saya. Hal ini
membuat saya sampai hilang nafsu makan dan suasana hati saya jadi tidak
menyenangkan. Dalam keadaan yang demikian saya lebih banyak merenung “apa yang
harus saya lakukan ?”. Saya merasa ada dorongan dalam diri saya untuk berdoa.
Saya berdoa dan memohon kepada Bapa Surgawi agar Dia dapat menghibur dan saya
berdoa juga mohon kekuatan supaya saya jangan sampai membenci teman saya ini.
Dan dengan berjalannya waktu, doa saya dijawab. Jawaban akan doa saya datang
dari teman-teman saya. Teman-teman saya datang dan bercanda dengan saya dan saya
terhibur dengan hal ini. Saat saya bertemu dengan teman saya yang bermasalah
itu beberapa waktu kemudian, saya memeluknya dan lebih dulu meminta maaf. Saya
tidak ingin hubungan pertemanan yang telah dibangun itu rusak. Saya sangat
bersyukur akan hal ini karena Bapa Surgawi menjawab doa saya dan saya tahu
bahwa Dia tidak meninggalkan saya.
Sewaktu
kita berdoa kepada Bapa Surgawi kita, kita hendaknya mengatakan kepada Bapa apa
yang sungguh-sungguh kita rasakan dalam hati (Moroni 10 : 4), mencurahkan isi
hati kita kepada-Nya, meminta pangampunan-Nya, memohon kepada-Nya, berterima
kasih kepada-Nya, menyatakan kasih kita bagi-Nya. Kita hendaknya tidak
mengulang-ulang kata atau ungkapan yang tak berarti (Matius 6 : 7-8). Kita
hendaknya selalu memohon agar kehendak-Nya yang terjadi, dengan mengingat bahwa
apa yang kita inginkan mungkin bukan yang terbaik bagi kita (3 Nefi 18 : 20).
Dalam menutup doa kita ingatlah selalu untuk menutupnya dalam nama Yesus
Kristus (3 Nefi 18 : 19).
Penatua
David A. Bednar (dari Kuorum Dua Belas Rasul) menambahkan asas-asas penting
yang dapat menolong doa-doa agar menjadi lebih bermakna. Asas yang pertama, “doa
menjadi bermakna sewaktu kita berunding dengan Tuhan dalam semua perbuatan kita”.
Mungkin terdapat hal-hal dalam sifat kita, dalam perilaku kita, atau dalam hal
pertumbuhan rohani kita tentang dimana kita perlu berunding dengan Bapa Surgawi
dalam doa pagi hari kita. Setelah mengungkapkan syukur yang sepantasnya atas
berkat-berkat yang diterima, kita memohon pengertian, arahan, serta bantuan
untuk dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat kita lakukan dengan kekuatan
kita sendiri.
Sebagai
contoh, sewaktu kita berdoa, kita mungkin :
·
Memikirkan
kejadian-kejadian ketika kita berbicara secara kasar atau tidak pantas kepada
orang-orang yang paling kita kasihi.
·
Mengenali bahwa kita
mengetahui lebih baik dari pada ini, namun kita tidak selalu bertindak selaras
dengan apa yang kita ketahui.
·
Menyatakan penyesalan
karena kelemahan kita dan karena kita tidak menyingkirkan sifat duniawi kita
dengan lebih sungguh-sungguh.
·
Memutuskan untuk
mempolakan kehidupan kita menurut kehidupan Juru Selamat dengan lebih lengkap.
·
Memohon kekuatan yang
lebih besar untuk melakukan dan menjadi lebih baik.
Doa
semacam itu merupakan bagian penting dari persiapan rohani kita sepanjang hari.
Asas
yang kedua, “doa menjadi lebih bermakna sewaktu kita menyatakan syukur
sedalam-dalamnya”. Pada 4 Februari yang lalu, keluarga kami mengalami suatu
peristiwa duka dimana oom saya meninggal dunia. Setelah mengetahui bahwa dia
telah meninggal, papa menyuruh kami untuk segera beres-beres rumah. Saat itu
saya pergi mandi. Setelah saya mandi dan berpakaian rapi, papa meminta saya
untuk mengurus jenazah Oom Max. Setelah itu papa segera pergi dan mempersiapkan
hal lain yang berhubungan dengan jenazah. Sebelum pergi papa berpesan
“berdoalah dengan kata-katamu sendiri”. Setelah saya mengatur posisi jenazah
Oom Max, saya mengambil kesempatan itu untuk berdoa. Saya berlutut dan memulai
doa saya. Dalam doa, saya mengungkapkan rasa syukur saya kepada Bapa Surgawi.
Saya bersyukur bahwa saya memiliki seorang paman yang baik, saya bersyukur
lewat kehadirannya saya bisa belajar untuk bersabar dalam segala hal, saya
bersyukur bahwa lewat dia saya belajar untuk selalu tersenyum, dan saya
bersyukur bahwa ditahun-tahun terakhir hidupnya saya masih bisa dipertemukan
dengannya. Dalam doa ini juga saya memohon kepada Bapa Surgawi agar memberikan
kekuatan kepada keluarga kami dalam menghadapi peristiwa ini. Dan Puji Tuhan,
hingga selesai pemakamannya segala sesuatu berjalan dengan baik. Saya tahu dan
saya percaya ini terjadi karena Bapa Surgawi mendengarkan dan menjawab doa
saya.
Keluarga
kami telah belajar, bahwa kematian menjadi bagian dalam Rencana Keselamatan
yang Bapa Surgawi kita kerjakan. Mengucap syukur dalam keadaan seperti itu
menjadi suatu berkat tersendiri bagi kami keluarga. Kami bersyukur akan Rencana
Keselamatan yang Juru Selamat kerjakan. Oleh karena itu, kami percaya bahwa dia
yang meninggal dunia ini akan baik-baik saja dan ini menjadi suatu kekuatan
bagi kami. Lewat duka ini juga kami belajar merasakan seperti apa rasanya duka
itu dan bagaimana kita menjadi kuat dan tegar dalam menghadapi duka itu.
Asas
yang ketiga, “doa menjadi lebih bermakna sewaktu kita berdoa bagi sesama dengan
maksud yang sungguh-sungguh dan hati yang tulus”. Memohon berkat-berkat kepada
Bapa Surgawi yang kita inginkan dalam kehidupan pribadi kita adalah baik dan
benar. Tetapi, doa yang sungguh-sungguh bagi orang lain, baik bagi mereka yang
kita kasihi dan mereka yang menganiaya kita, juga merupakan unsur penting dari
doa yang bermakna. Sama seperti menyatakan syukur lebih sering dalam doa-doa
kita meningkatkan kemampuan kita untuk menerima wahyu, demikian pula doa bagi
orang lain dengan segenap kekuatan jiwa kita meningkatkan kemampuan kita untuk
mendengar serta mengindahkan suara Tuhan.
Brother
dan Sister terkasih, kita diperintahkan untuk “berdoalah selalu” (2 Nefi 32 :
9). Saya bersaksi bahwa ketika kita berdoa dengan sungguh-sungguh dan dengan
hati yang tulus kepada Bapa Surgawi kita dalam nama Yesus Kristus, maka doa-doa
kita akan dijawab. Saya bersaksi bahwa Bapa Surgawi kita adalah Allah yang
hidup dan Dia mendengar dan menjawab setiap doa kita yang sungguh-sungguh. Saya
bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat kita. Saya bersaksi bahwa Nabi
Joseph Smith adalah Nabi yang dipilih
Allah untuk memulihkan Gereja-Nya. Saya bersaksi bahwa Empat Kitab Standar
adalah kitab yang benar. Saya bersaksi bahwa Nabi Thomas S. Monson adalah Nabi
kita yang hidup saat ini. Saya percaya apa yang saya bagikan ini adalah benar.
Dalam nama Yesus Kristus. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar